Ada satu do’a yang begitu menyentuh, dalam maknanya dan saya anggap begitu lengkap menghimpun segala kebaikan yang kita butuhkan dan segala keburukan yang ingin kita hindari berkaitan dengan perjalanan jauh atau safar yang kita lakukan. Do’a itu adalah do’a safar yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam. Saya baru tahu dan menghafalnya tatkala berangkat haji 2 tahun lalu. Do’a tersebut adalah sebagai berikut:
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، {سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ. وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ} اللَّهُمَّ إِنَّانَسْأَلُكَ فِيْ سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى، اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، اللَّهُمَّ أَنْتَالصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيْفَةُ فِي اْلأَهْلِ، اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوْءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِوَاْلأَهْلِ. وَإِذَا رَجَعَ قَالَهُنَّ وَزَادَ فِيْهِنَّ: آيِبُوْنَ تَائِبُوْنَ عَابِدُوْنَ لِرَبِّنَا حَامِدُوْنَ
“Allah Maha Besar (3x). Maha Suci Rabb yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, sedang sebelumnya kami tidak mampu. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami (di hari Kiamat). Ya Allah! Sesungguhnya kami memohon kebaikan dan taqwa dalam bepergian ini, kami mohon perbuatan yang Engkau ridhai. Ya Allah! Permudahlah perjalanan kami ini dan dekatkan jaraknya bagi kami. Ya Allah! Engkau-lah teman dalam bepergian dan yang mengurusi keluarga(ku). Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelelahan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan perubahan yang buruk dalam harta dan keluarga.”
Apabila kembali, doa di atas dibaca dan ditambah: “Kami kembali dengan bertaubat, tetap beribadah dan selalu memuji kepada Rabb kami.”(HR. Muslim 2/998)
Pernah suatu ketika saya mendengar berita musibah kebakaran di sebuah pemukiman padat di Jakarta saat orang-orang mudik merayakan Idul Fithri di kampung halamannya. Terbayang bagaimana reaksi mereka saat pulang menyaksikan rumahnya habis terbakar. Saya pun segera teringat kepada do’a safar di atas … sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perubahan yang buruk dalam harta dan keluarga. Jika kita hayati dan renungkan do’a tersebut rasanya tidak berlebihan jika saya mengulangi lagi ungkapan saya di awal tulisan ini, sebuah do’a yang menghimpun segala kebaikan yang kita butuhkan dan segala keburukan yang ingin kita hindari berkaitan dengan safar yang kita lakukan. Do’a yang mencakup apa-apa yang mungkin tidak terpikirkan untuk kita mohonkan seandainya kita menyusun do’a sendiri. Memang sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.
Berikut sedikit penjelasan Majdi bin Abdul Wahhab Ahmad saat mensyarah kumpulan do’a Hishnul Muslim karya DR Sa’id bin Ali Wahf al-Qahthani tentang do’a safar tersebut.
Ungkapan أَنْتَ الصَّاحِبُ Engkau teman, dengan kata lain teman yang selalu dekat. Yang dimaksud adalah dampingan Allah Ta’ala kepadanya dengan segala perhatian dan penjagaan. Yang demikian itu karena manusia adalah makhluk yang harus banyak didampingi dalam perjalanan. Pendampingan itu dibutuhkan agar selalu merasa tenang, selalu berhati-hati, terjaga dari apa-apa yang membahayakannya sehingga diingatkan dengan kata itu sebagai tempat bersandar yang paling baik dan penjagaan yang paling sempurna daripada sahabat yang mana pun juga.
Ungkapan الْخَلِيْفَة pengganti dengan kata lain, yang menggantikan orang yang pergi untuk mengamankan segala apa yang diwakilkan kepadanya. Artinya, Engkaulah yang kuharapkan, bersandar kepada-Nya ketika aku tiada di tengah keluargaku, hendaknya Engkau merapikan kekacauan yang ada pada mereka, mengobati penyakit mereka dan menjaga agama dan amanat mereka.
Ungkapan مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ dari kesulitan dalam perjalanan dengan kata lain, kerumitannya. Diambil dari akar kata الوعث yaitu suatu tempat yang datar, banyak tanah berpasir yang melelahkan dan menyulitkan binatang ternak.
Ungkapan وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ adalah pemandangan yang menyedihkan. الكابة و الكابة و الكاب adalah penampilan yang buruk, putus asa karena sedih. Sedangkan yang dimaksud adalah memohon perlindungan dari segala pemandangan yang menimbulkan rasa sedih.
Ungkapan وَسُوْءِ الْمُنْقَلَبِ keburukan ketika kembali, yaitu kembali dengan sesuatu yang buruk baginya. Kembali dengan sesuatu yang menimpa dirinya dalam perjalanan, atau apa-apa yang menimpa diri, kerabat, harta dan apa-apa yang menjadi kesenangannya. Al-munqalab adalah tempat kembali.
Ungkapan وَإِذَا رَجَعَ dan ketika pulang, yaitu dari perjalanannya.
Ungkapan قَالَهُنَّ semua itu dibaca dengan kata lain, mengucapkan semua kalimat itu, وَزَادَ فِيْهِنَّ dengan tambahan: kami semua kembali, yaitu kembali dengan baik. Dari kata اب artinya kembali dengan kata lain, kami kembali, dan تَائِبُوْنَ kami semua bertaubat dari segala macam dosa. Sertaعَابِدُوْنَ kami semua beribadah dengan kata lain, kami mukhlis لِرَبِّنَا kepada Rabb kami, dan karenanya kami حَامِدُوْنَ kami memuji atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kami.
***
0 komentar:
Posting Komentar