Kompetisi Indonesia Super League (ISL) musim ini telah selesai dilakukan. Meski belum jelas, namun PT Liga Indonesia menjamin kompetisi ISL akan tetap ada musim depan
Salah satu evaluasi yang perlu diperhatikan adalah masalah finansial yang selama ini membelit hampir semua tim yang berkompetisi di ISL. Karena itulah adanya Salary Cap (pembatasan gaji) menjadi solusi terbaik agar klub tak lagi terlilit masalah gaji.
Media Officer Arema ISL, Sudarmaji mengungkapkan sebaiknya klub-klub diberi bekal oleh PT LI bagaimana cara mengelola potensi klub agar tidak kembang kempis di tengah jalan. “Banyak klub yang kadang tidak mampu menghitung kebutuhan kedepan atau business plan, berapa belanja pemainnya,” katanya.
Banyak klub, katanya kurang mampu mengeksloitasi potensi ekonominya. Untuk itu perlu diberi wawasan, inovasi dan terobosan tentang bagaimana mengelola sumber ekonomi klub.
“Mungkin sudah seringkali salary cap (pembatasan gaji) itu diusulkan, dan selalu berakhir dengan wacana, sebenarnya bagi kami bukan salary cap yang penting, tapi komitmen dan penyadaran terhadap klub termasuk pemain tentang kualitas finansial keduanya,” harap mantan wartawan ini.
Ia berujar, sebenarnya klub dan pemain sama-sama punya aset. Klub dengan kompetisinya, sementara pemain memiliki keunggulan skill. “Pemain harus tahu harganya, ada pemain yang kurang mampu menaksir harga sesuai skill yang dimiliki,” tandasnya.
“Akibatnya banyak kejadian pemain memasang tarif tinggi, tapi klub tidak mampu bayar. Karena itu sebenarnya menarik ada sejumlah penelitian tentang manajemen aset, untuk menghitung potensi klub dan pemain sendiri, itu yang harus ada formulanya,” pungkas Sudarmaji.
0 komentar:
Posting Komentar